
Momentum Hari Santri Nasional 2025 di Padang Lawas seharusnya menjadi ruang kolaborasi antara pemerintah, pesantren, dan Kementerian Agama. Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa sinergi kelembagaan masih perlu dibenahi.
Padang Lawas, 23 Oktober 2025
Oleh: H. Ismail Nasution, Lc., M.TH — Akademisi IAI Padang Lawas
Peringatan Hari Santri Nasional 2025 kembali menggema di Kabupaten Padang Lawas. Ribuan santri, guru, dan pimpinan pondok pesantren tumpah ruah di Lapangan SD 1505 Pasir Julu Kecamatan Sosa Julu Kabupaten Padang Lawas dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Padang Lawas dan Badan Silaturrahmi Pondok Pesantren (BSPPL).
Acara dibuka secara resmi oleh Bupati Padang Lawas pada 19 Oktober 2025 dan diwarnai dengan beragam lomba keagamaan seperti Qiraatul Kutub, Pramuka Santri dan lomba keagamaan lainnya, puncaknya adalah Upacara Hari Santri Nasional Tingkat Kabupaten Padang Lawas tanggal 22 Oktober 2025.
Namun di balik kemeriahan tersebut, muncul refleksi penting yang layak diperhatikan: masih lemahnya sinergi antara Kementerian Agama Kabupaten Padang Lawas dengan kalangan pesantren dan Pemerintah Daerah.
Sebagai lembaga yang memiliki mandat membina kehidupan keagamaan, Kemenag seharusnya menjadi poros utama dalam kegiatan seperti Hari Santri. Sayangnya, dalam dua tahun terakhir peran itu belum terlihat optimal.
Peringatan Hari Santri 2024 dan 2025 justru lebih banyak digerakkan oleh inisiatif pesantren dan semangat kebersamaan BSPPL, sementara dukungan kelembagaan dari Kemenag tampak terbatas.
Padahal, Hari Santri bukan sekadar perayaan simbolik, melainkan manifestasi hubungan negara dengan pesantren.
Kemenag di daerah diharapkan tidak hanya hadir di atas kertas atau sekadar menyapa dari jauh, tetapi terlibat aktif dalam koordinasi, komunikasi, dan dukungan nyata terhadap kegiatan keagamaan masyarakat.
“Pesantren telah menunjukkan kemandiriannya dengan segala keterbatasan sumber daya. Kini saatnya Kemenag tampil lebih memasyarakat dan hadir membersamai umat,”
ujar H. Ismail Nasution, akademisi IAI Padang Lawas.
Minimnya interaksi kelembagaan ini dikhawatirkan akan mengikis kepercayaan publik terhadap fungsi pembinaan keagamaan di tingkat lokal.
Oleh karena itu, perlu langkah serius untuk memperbaiki pendekatan kelembagaan agar Kemenag lebih terbuka, komunikatif, dan responsif terhadap dinamika pesantren.
Kemenag diharapkan mampu tampil sebagai “rumah besar umat” yang tidak hanya mengatur urusan administrasi, tetapi juga menjadi sahabat strategis pesantren dan masyarakat.
Momentum Hari Santri tahun ini hendaknya dijadikan bahan evaluasi bersama antara Pemerintah Daerah, Kemenag, dan BSPPL.
Sinergi yang kuat antara ketiganya akan menjadikan peringatan Hari Santri tidak hanya meriah di lapangan, tetapi juga bermakna dalam pembangunan moral, spiritual, dan pendidikan di Kabupaten Padang Lawas.
Tentang Penulis:
H. Ismail Nasution, Lc., M.TH
Rektor Institut Agama Islam (IAI) Padang Lawas juga ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Padang Lawas.




